Dinsdag 09 Julie 2013

Cintailah Rasulullah kerana baginda s.a.w sangat menyayangi kita

Daripada Abbas r.a, Rasulullah bersabda: “Orang yang pertama dibangkitkan dari kubur di hari kiamat ialah Muhammad s.a.w.  Jibrail a.s akan datang kepadanya membawa seekor Buraq. Israfil datang membawa bendara dan mahkota. Izrail datang membawa pakaian-pakaian syurga.”

Israfil bersuara: “Wahai orang yang baik! Kembalilah ke tubuh yang baik. Maka, kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mula terbongkar. Pada seruan yang ketiga, ketika Rasulullah s.a.w berdiri, baginda s.a.w telah membuang tanah di atas kepala dan janggut baginda s.a.w. Baginda s.a.w melihat kanan dan kiri. Baginda s.a.w dapati, tiada lagi bangunan. Baginda s.a.w menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi.

Baginda s.a.w bersabda: “Kekasihku Jibril! Gembirakanlah aku!”

Jibrail a.s berkata: “Apakah yang kamu lihat di hadapanmu?”

Baginda s.a.w bersabda: “Bukan seperti itu pertanyaanku.”

Jibrail a.s berkata: “Adakah kamu tidak melihat bendera kepujian yang terpacak di atasmu?”

Baginda s.a.w bersabda: “Bukan itu maksud pertanyaanku.”

Baginda s.a.w bersabda: “Aku bertanya kepadamu akan umatku. Di mana perjanjian mereka?”

Baginda s.a.w bersabda: “Nescaya akan, kuatlah pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafaatkan umatku.”

Jibrail a.s menyeru: “Wahai sekalian makhluk, datanglah kamu semua ke tempat perhimpunan yang telah disediakan oleh Allah Taala.”


Umat-umat datang di dalam keadaan satu-satu kumpulan. Setiapkali Nabi Muhammad s.a.w berjumpa satu umat, baginda s.a.w akan bertanya, “Di mana umatku?”

Jibrail a.s berkata, “Wahai Muhammad! Umatmu adalah umat yang terakhir.”

Apabila Nabi Isa a.s datang, Jibrail a.s menyeru: “Tempatmu!” Maka Nabi Isa a.s dan Jibrail a.s menangis. Nabi Muhammad s.a.w berkata: “Mengapa kamu berdua menangis?”

Jibrail a.s berkata: “Bagaimana keadaan umatmu, Muhammad?”

Nabi Muhammad bertanya: “Dimana umatku?”

Jibrail a.s berkata: “Mereka semua telah datang. Mereka berjalan lambat dan perlahan.”

Apabila mendengar cerita demikian, Nabi Muhammad s.a.w menangis lalu bertanya: “Wahai Jibrail! Bagaimana keadaan umatku yang berbuat dosa?”

Jibrail a.s berkata: “Lihatlah mereka wahai Muhammad s.a.w!”

Nabi Muhammad s.a.w bertemu umatnya yang berdosa. Mereka menangis serta memikul beban di atas belakang mereka sambil menyeru: “Wahai Muhammad!”

Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Wahai umatku.” Mereka berkumpul di sisinya. Umat-umatnya menangis. Allah Taala berfirman di dalam keadaan Dia amat mengetahui sesuatu yang tersembunyi. “Di mana umat Muhammad s.a.w?”

Jibrail a.s berkata: “Mereka adalah sebaik umat.”

Allah Taala berfirman: “Wahai Jibrail! Katakanlah kepada kekasihKu Muhammad s.a.w bahawa umatnya akan datang untuk ditayangkan di hadapanKu.”

Jibrail a.s kembali di dalam keadaan menangis lalu berkata: “Wahai Muhammad! Umatmu telah datang untuk ditayangkan kepada Allah Taala.”

Nabi Muhammad s.a.w berpaling ke arah umatnya lalu berkata: “Sesungguhnya kamu telah dipanggil untuk dihadapkan kepada Allah Taala.”

Allah Taala berfirman: “Hari ini, Kami akan membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka usahakan. Hari ini, Aku akan memuliakan sesiapa yang mentaatiKu. Dan, Aku akan mengazab sesiapa yang menderhaka terhadapKu. “

Suara jeritan dan tangisan semakin kuat. Nabi Muhammad s.a.w menyeru: “Tuhanku. Penguasaku Penghuluku... Aku tidak meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dariMu!”

Ketika itu juga, neraka Jahanam berseru: “Siapakah yang memberi syafaat kepada umatnya?”

Neraka pula berseru: “Wahai Tuhanku. Penguasaku dan Penghuluku! Selamatkanlah Muhammad dan umatnya dari seksaannya! Selamatkanlah mereka dari kepanasanku, bara apiku, penyeksaanku dan azabku! Sesungguhnya mereka adalah umat yang lemah. Mereka tidak akan sabar dengan penyeksaan.”

Nabi Muhammad s.a.w lebih-lebih lagi sedih. Air matanya telah hilang dan kering dari pipinya. Sekali, baginda s.a.w sujud di hadapan Arsy Allah s.w.t  dan sekali lagi, baginda s.a.w rukuk untuk memberi syafaat bagi umatnya. Para Nabi melihat keluh kesah dan tangisannya. Mereka berkata: “Maha Suci Allah! Hamba yang paling dimuliakan Allah Taala ini begitu mengambil berat, hal keadaan umatnya.

Fatimah r.a bertanya: “Di mana aku hendak mendapatkanmu di hari kiamat nanti, wahai bapaku?”

Baginda s.a.w menjawab: “Kamu akan menjumpaiku di sebuah telaga ketika aku sedang memberi minum umatku.”

Tatkala umat Nabi Muhammad sedang mencari mimbar Nabi Muhammad untuk mendapatkan syafaat pada hari kiamat. Mariam, Asiah, Khadijah dan Fatimah Az-Zahra sedang duduk. Ketika Mariam melihat umat Nabi Muhammad s.a.w dia berkata: “Ini umat Nabi Muhammad s.a.w. Mereka telah sesat dari Nabi mereka.” Suara Mariam, telah didengari oleh Nabi Muhammad s.a.w.

Nabi Adam a.s berkata kepada Nabi Muhammad s.a.w. “Ini umatmu, wahai Muhammad! Mereka berkeliling mencarimu untuk meminta syafaat kepada Allah Taala.”

Nabi Muhammad s.a.w menjerit dari atas mimbar lalu bersabda: “Marilah kepadaku, wahai umatku! Wahai sesiapa yang beriman dan tidak melihatku. Aku tidak pernah lari dari kamu melainkan aku sentiasa memohon kepada Allah Taala untukmu!”

Umat Nabi Muhammad s.a.w berkumpul di sisinya. Ketika di atas Sirat, Nabi Muhammad s.a.w bersabda kepada Malaikat Malik: “Wahai Malik! Dengan kebenaran Allah Taala ke atasmu, palingkanlah wajahmu dari umatku sehingga mereka dapat melepasi! Jika tidak, hati mereka akan gementar apabila melihatmu.”

Nabi Muhammad s.a.w berhenti di atas Sirat. Setiap kali, baginda s.a.w melihat seorang dari umatnya bergayut di atas Sirat, baginda s.a.w akan menarik tangannya dan membangunkan dia kembali. Nabi Muhammad s.a.w berkata: “Tuhan! Selamatkan mereka! Selamatkan mereka!”

Sondag 30 Junie 2013


aku mohon..

Ya Allah Sang Maha pengasih
Dalam kehinaanku aku memohon…
Cungkil-lah keluar perasaan rinduku padanya
Buang jauh-jauh hasrat diri ini untuk kembali menatap indah wajahnya seperti dulu
Kubur setiap keindahannya bersama memori yang telah berlalu
Dan tinggalkanlah kenangan kami itu hanya bersama waktu yang telah terlewati
Agar diri ini bisa menerima cinta yang lain
Dan menampung kebahagiaan yang baru bersama  pujaan hati…

Donderdag 27 Junie 2013

IBADAHLAH DENGAN HATI



Sebutlah Salim namanya, santri di sebuah pesantren entah dimana. Pagi itu saat pelajaran di kelas pikirannya dipenuhi dengan gambaran tentang pena baru yang dibeli temannya beberapa hari lalu, maka dia yang baru mendapatkan kiriman uang dari orang tuanya berniat sekeluarnya dari kelas hari ini akan segera menuju pasar membeli barang yang sama. Ia memikirkan gerangan warna apa yang akan ia pilih dan berharap-harap harganya tidak naik sehingga ia masih memiliki kelebihan uang yang bisa dia belikan barang yang lainnya..
Tiba-tiba lamunan Salim buyar seketika tatkala gurunya memanggil namanya dan memintanya maju ke depan kelas.
“Pergilah ke pasar dan tetaplah berada disana sampai jam 12 siang nanti, lalu temuilah aku jika kau sudah sampai kembali di pesantren ini“ Kata gurunya kemudian.

Salim meski tak mengerti untuk apa gurunya menyuruhnya ke pasar pergi juga dengan pikiran dipenuhi kebingungan. Sepanjang jalan pikirannya tak berhenti berpikir :
“Kenapa guru mengeluarkan aku dari kelas? sebenarnya pelajaran apa yang disampaikannya hari ini? dan bagaimana jika aku tertinggal kisah-kisahnya yang selalu banyak dikisahkan diantara pembahasan pelajaran-pelajaran? siapa yang akan aku minta untuk mengulangkan untukku pelajaran-pelajarannya ? Duuuuuh.. mengapa aku tadi melamun dan tidak menyimak pelajaran?“
Pertanyaan-pertanyaan itu terus membebani pikirannya hingga ketika ia sampai di pasar, ia tak lagi ingat pena yang ingin dibelinya. Ia hanya duduk di depan pertokoan dan membayangkan kelasnya, membayangkan wajah guru dan teman-temannya, membayangkan kesenangan belajar bersama mereka, membayangkan palajaran-pelajarannya hari ini  yang tertinggal akibat lamunannya. Dan ia begitu menyesal..
Tepat jam 12 Salim kembali ke asrama dan menemui gurunya. Ia bertanya dengan hati-hati mengapa sang guru mengeluarkannya dari kelas pagi tadi. Dan guru itu pun menjawab :
“Jasadmu di pasar namun hatimu bersamaku lebih aku sukai daripada saat dimana jasadmu bersamaku namun hatimu di pasar“.
Kisah ini pernah diceritakan guruku diantara pelajaran-pelajaran indahnya dan beliau melanjutkan dengan menyebut sebuah hadits yang rasanya sering engkau dengar :
“Allah tidak melihat kepada jasad dan kulit kalian akan tetapi yang Allah lihat dari kalian adalah hati kalian“.
Kawan..
Saat engkau mengerjakan sholat, jasadmu ruku dan sujud. Sejatinya Allah SWT lebih peduli kepada hatimu ada dimanakah kala itu ?
Saat tanganmu bersedekah kepada pengemis yang datang di rumahmu, sungguh Allah SWT lebih peduli kepada hatimu adakah keikhlasan di dalamnya?
Saat jasadmu berpuasa dan perutmu menahan lapar dan dahaga, Allah sedang melihat hatimu adakah lapar dan haus akan rahmatNya ada disana?
Saat jasadmu diterbangkan menuju Mekkah Madinah dan berthowaf di Ka'bah, sesungguhnya Allah SWT lebih peduli kepada hatimu adakah penggagungan terhadap pemilik Ka'bah didalamnya??
Kawan..
Saat kita diizinkan olehNya beribadah, Mari kita kembali periksa langkah..
Koreksi hati
Telusuri jiwa
Adakah hati kita bersama DenganNya?

KECERDASAN SAYYIDINA ALI RA

RasulAllah SAW seringkali memuji sahabatnya atas hal yang berbeda-beda.
Abu bakar RA misalnya, dipuji beliau atas keimanan yang kuat mengakar di jiwanya.
Umar RA dipujinya atas kemampuannya menegakkan yang hak tanpa takut dicela.
Utsman RA dipujinya atas sifat malunya yang bahkan membuat malaikatpun menjadi malu padanya, dan Ali bin Abi Thalib dipujinya atas kecerdasan, ilmu dan pengetahuan yang menjadikannya gerbang ilmu jika diibaratkan Nabi Muhammad adalah kotanya.
Kawan, akan kuceritakan padamu sekelumit kisah,  setetes dari lautan ilmu Sahabat nabi kita ini..
Seorang wanita di zaman kekhalifahan Abu bakar RA melahirkan padahal dia baru menikah 6 bulan sebelumnya. Dan hal tersebut menimbulkan fitnah dan pergunjingan di masyarakat. Merekapun menuduhnya berzina, dan menuntut pemerintah untuk merajam perempuan tersebut. Maka sebuah sidang diadakan untuk memutuskan apakah anak tersebut adalah hasil zina sehingga perempuan tersebut harus dihukum rajam ataukah dia adalah anak yang sah. Ali RA yang merupakan hakim pada masa tersebut pun didatangkan untuk membuat sebuah keputusan.
“Bayi itu adalah anak yang sah! Nasab dan waris diikutkan kepada ayahnya“
“Atas dasar apa keputusan itu kau buat wahai Ali?“ tanya sang khalifah
“Atas dasar Al-Quran firman Allah SWT, cobalah baca Quran surat Al-Ahqaf ayat 15 Allah SWT berfirman

     (وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا)
    (..hamil dan menyusui adalah 30 bulan.. )
    
Sementara dalam ayat yang lain Allah berfirman :
   
    (وَالْوَالِدَاتُ يُرْضِعْنَ أَوْلاَدَهُنَّ حَوْلَيْنِ كَامِلَيْ
)
   (..dan wanita menyapih anak yang disusuinya setelah berusia 2 tahun..)
Dua tahun adalah 24 bulan. Maka jika hamil dan menyusui adalah 30 bulan dan menyusui adalah 24 bulan, bukankah berarti kehamilan itu adalah 6 bulan? Maka, hamil 6 bulan adalah mungkin dengan penyaksian Al-Quran.
Dan khalifahpun memutuskan seperti yang telah disampaikan oleh Sayyidina Ali RA.

Kisah lain tentang kecerdasan beliau
Di masa kekhalifahan Sayyidina Umar RA, dua orang perempuan melahirkan di waktu yang hampir bersamaan di rumah seorang bidan. Seseorang diantara mereka melahirkan bayi laki-laki dan seorang lagi melahirkan bayi perempuan. Namun sang bidan yang meletakkan kedua bayi itu berjejeran begitu saja tidak ingat betul siapa ibu bayi laki-laki dan siapa ibu untuk bayi yang perempuan. Dan masalah menjadi pelik tatkala kedua ibu tersebut mengakui dan memperebutkan bayi laki-laki sebagai miliknya.
Masalah tersebut sampai di meja hijau kekhalifan Umar RA, dan beliaupun segera memanggil Sayyidina Ali RA untuk memberikan keputusan yang benar.
“Harap masing-masing dari kedua ibu tersebut mengeluarkan air susunya dan dimasukkan di gelas ini“
Kata beliau seraya menyerahkan 2 buah gelas kepada dua orang tersebut.
Setelah dua gelas tersebut berisi air susu dari masing-masing ibu baru itu dan diberi tanda agar tidak tertukar, beliaupun kemudian menimbang air susu tersebut dalam sebuah timbangan. Dan ternyata sesuai perkiraan beliau satu gelas susu itu lebih berat dari yang lainnya.
Beliau kemudian memutuskan bahwa pemilik susu yang berat adalah ibu dari bayi yang laki-laki, sementara ibu dengan air susu yang lebih ringan adalah ibu dari bayi yang perempuan. Tatkala ditanyakan dengan dalilnya. Beliaupun kemudian membacakan firman ALLAH SWT, An-Nisa ayat 11 :

(لِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ ٱلْأُنثَيَيْنِ)
(..bagi laki-laki adalah dua kali jatah perempuan..)

Kisah yang ini terjadi di masa kekhalifahan beliau sendiri di tengah perselisihan dan perpecahan umat yang mulai berlangsung. Dan siang itu disaat khutbah jumat dengan beliau bertugas sebagai khatib, seorang munafik mengangkat tangan mengajukan tiga buah pertanyaan. Diawali dengan ucapan pedasnya : 
“Wahai khalifah, Nabi Muhammad mengatakan bahwa beliau adalah kota ilmu dan engkau adalah pintunya, maka jika engkau benar-benar pintu dari kota ilmu, tentulah semua pertanyaanku dapat engkau jawab dengan benar”
“Silahkan ajukan pertanyaanmu” kata Sayyidina Ali RA
“Pertanyaan pertama, berapa jarak antara timur dan barat bumi ini?”
Tanpa diam lama, Sayyidina Ali menjawab “Selama perjalanan matahari dari pagi hingga sore hari”
Semua jamaah Jum'at berdecak kagum atas ketepatan jawabannya. Ya, bukankah matahari memang terbit di timur di waktu pagi dan tenggelam di barat saat sore hari?
“Pertanyaan kedua, apa yang sedang Allah SWT kerjakan saat ini?”
Sayyidina Ali RA tidak menjawab pertanyaan tersebut. Beliau malah turun dari mimbar kemudian naik kembali dan berkata
“Yang sedang Allah lakukan saat ini adalah menurunkan saya dari mimbar, menaikkan saya kembali, kemudian menjawab pertanyaanmu ini“
Dengan jawaban beliau yang tak terbantahkan itu, diapun menjadi terlihat kesal dan kemudian berkata
“Pertanyaan terakhir, kenapa di zaman khalifah Abu bakar dan Umar RA negeri ini aman dan damai, tidak ada perselisihan dan perpecahan, sementara di masa engkau memerintah ini negeri kita dipenuhi dengan huru-hara, keributan dan perselisihan antar sesama umat islam?”
Sayyidina Ali RA tersenyum mendapati pertanyaan yang bukan ilmu pengetahuan tapi perdebatan yang memojokkan beliau ini. Kemudian beliau berkata
“Ya, tentu saja di zaman khalifah Abu bakar dan Umar memerintah negeri kita damai, aman dan sejahtera sebab pemimpinnya adalah mereka dan rakyatnya adalah orang-orang seperti saya. Sementara di masa sekarang ini pemimpinnya adalah saya dan rakyatnya adalah orang-orang sepertimu“
Orang tersebut terdiam..

BELAJAR DARI SEEKOR BURUNG


Seorang sholeh mengunjungi kawannya dan mendapati kawannya tersebut tengah menangis terisak-isak di beranda rumahnya


"Mengapa menangis, kawan?" tanyanya kebingungan

"Burung peliharaanku mati" jawab kawannya diantara isak tangisnya

"Hanya karena seekor burung dan engkau menangis sesedih ini? Tenangkanlah hatimu semoga Allah memberimu kesenangan yang lain?"


"Bukan begitu masalahnya, kawan. Aku telah mengajari burungku itu kalimat LA ILAHA ILLALLAH, dan ia telah berhasil mengucapkannya dengan fasih. Ia selalu mengulang-ulang kalimat itu setiap waktu. Namun pagi tadi seekor kucing membuka sangkar dan menerkamnya. Kau tahu? ia hanya berteriak-teriak 'Kkkhhhh.. Kkhh.. Kkkkkkkhhh..' sebelum menghembuskan nafasnya yang terakhir dan bukan kalimat yang aku ajarkan padanya selama ini.

Kawan, Aku takut jika selama ini kalimat LA ILAHA ILLALLAH itu kuucapkan hanya di lisanku saja tanpa pemahaman dan pengamalan seperti burungku itu, aku mungkin akan bernasib sama dengannya"